Nurasiah : Abang Saya Bukan Anggota Din Minimi, TNI/POLRI Salah Tembak, Ia Hanya Petani Biasa Yang Tidak Bersalah
Foto : 153 TNI/Polri Vs Anggota Din Minimi di Pidie di kawasan Glee Bayu, Gampong Gintong, Kecamatan Grong-Grong
Polisi bersama TNI yang mendapat informasi tentang adanya pergerakan
kelompok bersenjata api (bersenpi) di kawasan Grong-Grong, lebih dulu
mengepung lokasi
KEMATIAN Ibrahim
bin Yusuf (42), penduduk Gampong Ceurih Blang Mee, Kecamatan Delima,
Pidie, menyisakan duka mendalam bagi keluarganya.
Ayah dari empat anak itu meninggal dunia tertembak dalam kontak senjata di Gampong Gintong, Kecamatan Grong-Grong, Pidie
Selama ini Ibrahim tinggal di rumah tersebut bersama istri dan empat
anaknya. Anak tertua bernama Maskur (12), kelas VI SD. Anak kedua
Ramadhan (11) kelas V SD, Nur Akmalia (5), dan Raju berusia sebelas
bulan.
Sehari-hari pekerjaan Ibrahim bertani. Selain menanam
semangka, juga kacang hijau. Ia pun jago bikin roti manis (rotin tawar
ditaruh selai di tengahnya). “Kalau ada order, abang buat roti,” ujar
Nur Asiah (38), adik kandung Ibrahim.
Menurut Nur Asiah, beberapa
jam sebelum kejadian, abangnya sempat pulang ke rumah sekira pukul 18.00
WIB, Rabu (20/5). “Abang saya membawa ikan krup (ikan dari empang),
lalu saya bakar dan kami makan malam itu,” kisah Asiah.
Baru
kemudian, sekira pukul 21.00 WIB, Rabu (20/5) malam Ibrahim ke luar dari
rumah. Sampai akhirnya ia dikabarkan tewas berluka tembak di kepala,
persis di bagian jidat.
“Abang saya itu bukan anggota GAM, juga
bukan anggota Din Minimi. Setiap hari dia ada di rumah. Kami orang
miskin,” tutur Asiah sambil berlinang air mata.
Dia mengaku, pada
malam hari abangnya itu sering ke luar dari rumah memasang senter di
jidat, dilekatkan dengan tali, lalu pergi ke sawah mencari tikus yang
mengganggu tanaman semangkanya.
Sedangkan kegitan rutin yang dia
geluti setiap pagi mencari jerami untuk diletakkan di dekat tanaman
semangka. Lalu sore hari ia mengurus tanaman kacang ijo. Kalau ada
pesanan roti, malamnya Ibrahim membuat roti.
Begitulah pekerjaan
rutin harian yang dilakoni Ibrahim. Ke mana-mana naik sepeda motor jenis
Astrea lama. “Jadi, sangat tidak mungkin abang saya terlibat kelompok
bersenjata,” tegas Nur Asiah.
Ibrahim adalah anak keenam dari
delapan bersaudara, pasangan almarhum M Yusuf dan almarhumah Nyak
Bunthok. “Kami asli dari Ceurih Blang Mee, kedua orang tua kami sudah
tiada,” jelas Nur Asiah, adik bungsu Ibrahim.
Sementara itu, istri
Ibrahim bernama, Junilawati (30), beberapa kali pingsan. Saat Serambi
berkunjung, ia belum sadarkan diri. Istri Ibrahim mulanya ke rumah sakit
untuk memastikan bahwa jasad itu benar suaminya. Setelah pasti, ia
kembali ke rumah. Setiba di rumah, ia pun ambruk.
Sampai pukul 12.00
WIB kemarin, pemulangan jenazah Ibrahim bin Yusuf dari rumah sakit
masih diproses. Sedangkan pihak keluarga sudah mempersiapkan tempat
pemakaman di desa itu.